Selasa, 10 Juni 2008

Termasuk sunnah yang paling sering dan yang paling senang dilakukan oleh Rosululloh Shallallâhu ‘alaihi wasallam adalah bersiwak. Siwak merupakan pekerjaan yang ringan namun memiliki faedah yang banyak baik bersifat keduniaan yaitu berupa kebersihan mulut, sehat dan putihnya gigi, menghilangkan bau mulut, dan lain-lain, maupun faedah-faedah yang bersifat akhirat, yaitu ittiba’ kepada Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam dan mendapatkan keridhoan dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Sebagaimana sabda Rosululloh Shallallâhu ‘alaihi wasallam, yang artinya: “Siwak merupakan kebersihan bagi mulut dan keridhoan bagi Rob”. (HR: Ahmad, irwaul golil no 66 [shohih]). (Syarhul mumti’ 1/120 dan taisir ‘alam 1/62)

Oleh karena itu Rosululloh Shallallâhu ‘alaihi wasallam begitu bersemangat melakukannya dan sangat ingin agar umatnya pun melakukan sebagaimana yang dia lakukan, hingga beliau bersabda, yang artinya: “Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan wudlu”. (HR: Bukhori dan Muslim, irwaul golil no 70)

Dan yang artinya: “Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan sholat”. (HR: Bukhori dan Muslim, irwaul golil no 70)

Ibnu Daqiqil ‘Ied menjelaskan sebab sangat dianjurkannya bersiwak ketika akan sholat, beliau berkata: “Rahasianya yaitu bahwasanya kita diperintahkan agar dalam setiap keadaan ketika bertaqorrub kepada Alloh, kita senantiasa dalam keadaan yang sempurna dan dalam keadaan bersih untuk menampakkan mulianya ibadah”. Dikatakan bahwa perkara ini (bersiwak ketika akan sholat) berhubungan dengan malaikat karena mereka terganggu dengan bau yang tidak enak. Berkata Imam As-Shon’ani : “Dan tidaklah jauh (jika dikatakan) bahwasanya rahasianya adalah digabungkannya dua perkara yang telah disebutkan (di atas) sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari hadits Jabir, yang artinya: “Barang siapa yang makan bawang putih atau bawang merah atau bawang bakung maka janganlah dia mendekati mesjid kami. Sesungguhnya malaikat terganggu dengan apa-apa yang bani Adam tergaanggu dengannya” (Taisir ‘alam 1/63)

Dan ternyata Rosululloh Shallallâhu ‘alaihi wasallam tidak hanya bersiwak ketika akan sholat saja, bahkan beliau juga bersiwak dalam berbagai keadaan. Diantaranya ketika dia masuk kedalam rumah… Telah meriwayatkan Syuraih bin Hani, beliau berkata, yang artinya: ”Aku bertanya kepada ‘Aisyah: “Apa yang dilakukan pertama kali oleh Rosululloh jika dia memasuki rumahnya?” Beliau menjawab :”Bersiwak”. (HR: Muslim, irwaul golil no 72)

Atau ketika bangun malam…
Dari Hudzaifah ibnul Yaman, dia berkata, yang artinya: “Adalah Rosululloh jika bangun dari malam dia mencuci dan menggosok mulutnya dengan siwak”. (HR: Bukhori)

Bahkan dalam setiap keadaan pun boleh bagi kita untuk bersiwak. Sesuai dengan hadits di atas. Dalam hadits ini Rosululloh Shallallâhu ‘alaihi wasallam memutlakkannya dan tidak mengkhususkannya pada waktu-waktu tertentu. Oleh karena itu siwak boleh dilakukan setiap waktu (Syarhul mumti’ 1/120, fiqhul islami wa adillatuhu 1/300), sehingga tidak disyaratkan hanya bersiwak ketika mulut dalam keadaan kotor (Syarhul mumti’ 1/125).

Rosululloh Shallallâhu ‘alaihi wasallam sangat bersemangat ketika bersiwak, sehingga sampai keluar bunyi dari mulut beliau seakan-akan beliau muntah. Dari Abu Musa Al-Asy’ari berkata, yang artinya: “Aku mendatangi Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam dan dia sedang bersiwak dengan siwak yang basah. Dan ujung siwak pada lidahnya dan dia sambil berkata “Uh- uh”. Dan siwak berada pada mulutnya seakan-akan beliau muntah“. (HR: Bukhori dan Muslim)

Dan yang lebih menunjukan akan besarnya perhatian beliau dengan siwak yaitu bahwasanya diakhir hayat beliau, beliau masih menyempatkan diri untuk bersiwak sebagaimana dalam hadits ‘Aisyah, yang artinya: Dari ‘Aisyah berkata: Abdurrohman bin Abu Bakar As-Sidik y menemui Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam dan Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam bersandar di dadaku. Abdurrohman y membawa siwak yang basah yang dia gunakan untuk bersiwak. Dan Rosululloh Shallallâhu ‘alaihi wasallam memandang siwak tersebut (dengan pandangan yang lama). Maka aku pun lalu mengambil siwak itu dan menggigitnya (untuk dibersihkan-pent) lalu aku membaguskannya kemudian aku berikan siwak tersebut kepada Rosululloh, maka beliaupun bersiwak dengannya. Dan tidaklah pernah aku melihat Rosululloh bersiwak yang lebih baik dari itu. Dan setelah Rosululloh selesai dari bersiwak dia pun mengangkat tangannya atau jarinya lalu berkata :

فِي الرَّفِيْقِ الأَعْلَى

Beliau mengatakannya tiga kali. Kemudian beliau wafat.

Dalam riwayat lain ‘Aisyah berkata, yang artinya: “Aku melihat Rosululloh memandang siwak tersebut, maka akupun tahu bahwa beliau menyukainya, lalu aku berkata: ‘Aku ambilkan siwak tersebut untuk engkau?” Maka Rosululloh mengisyaratkan dengan kepalanya (mengangguk-pent) yaitu tanda setuju.“ (HR: Bukhori dan Muslim)

Oleh karena itu berkata sebagian ulama: “Telah sepakat para ulama bahwasanya bersiwak adalah sunnah muakkadah karena anjuran Rosululloh Shallallâhu ‘alaihi wasallam dan kesenantiasaan beliau melakukannya dan kecintaan beliau serta ajakan beliau kepada siwak tersebut.” (fiqhul islami wa adillatuhu 1/300)

(Sumber Rujukan: Syarhul Mumti’ ‘ala zadil mustaqni’ jilid 1, karya Syaikh Muhammad Utsaimin; Irwaul Golil jilid 1, karya Syaikh Al-Albani; Taisirul ‘Alam jilid 1, Karya Syaikh Ali Bassam; Fiqhul Islami wa adillatuhu jilid 1, karya Doktor Wahbah Az-Zuhaili)

Pemahaman Tentang Tasyabbuh

At-Tasyabbuh secara bahasa diambil dari kata al-musyabahah yang berarti meniru atau mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, dan mengikuti. At-Tasybih berarti peniruan. Dan mutasyabihah berarti mutamatsilat (serupa). Dikatakan artinya serupa dengannya, meniru dan mengikutinya. Tasyabbuh yang dilarang dalam Al-Quran dan As-Sunnah secara syar’i adalah menyerupai orang-orang kafir dalam segala bentuk dan sifatnya, baik dalam aqidah, peribadatan, kebudayaan, atau dalam pola tingkah laku yang menunjukkan ciri khas mereka (kaum kafir).

Termasuk dalam tasyabbuh yaitu meniru terhadap orang-orang yang tidak shalih, walaupun mereka itu dari kalangan kaum muslimin, seperti orang-orang fasik, orang-orang awam dan jahil, atau orang-orang Arab (badui) yang tidak sempurna diennya (keislamannya). Oleh karena itu, secara global kita katakan bahwa segala sesuatu yang tidak termasuk ciri khusus orang-orang kafir, baik aqidahnya, adat-istiadatnya, peribadatannya, dan hal itu tidak bertentangan dengan nash-nash serta prinsip-prinsip syari’at, atau tidak dikhawatirkan akan membawa kepada kerusakan, maka tidak termasuk tasyabbuh. Inilah pengertian secara global.

Yang pertama kali harus kita pahami seperti dinyatakan dalam beberapa ketentuan Islam, bahwa dien (Islam) dibangun di atas pondasi yang dinamakan at-taslim, yakni penyerahan diri secara totalitas kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.

Sedangkan at-taslim sendiri bermakna membenarkan seluruh yang diberitahukan Alloh Subhanahu wa Ta’ala tunduk kepada perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Kemudian membenarkan apa-apa yang disampaikan Rasul-Nya, tunduk kepada perintah beliau, menjauhi larangannya dan mengikuti semua petunjuk-petunjuk beliau.

Jika kita sudah memahami kaidah-kaidah di atas, maka hendaklah seorang muslim untuk:

Bertaslim terhadap apa-apa yang dibawa Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam.

Merealisasikannya dalam setiap amal perbuatan. Dan ajaran yang beliau bawa di antaranya larangan untuk bertasyabbuh terhadap orang-orang kafir.

Setelah bertaslim, merasa tenang dengannya dan percaya penuh dengan yang dikabarkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Iman dengan segala yang disyari’atkan-Nya dan mewujudkan dalam perbuatannya, maka tidak dilarang baginya untuk mencari dalam sebab dan musababnya (mempertanyakan mengapa semua itu diharuskan kepada manusia, ed). Oleh karena itu kita dapat mengatakan, bahwa faktor yang menyebabkan kita dilarang bertasyabbuh dengan orang-orang kafir banyak sekali sebagian besar dapat diterima oleh akal sehat dan fitrah yang suci.

Adapun penyebab timbulnya larangan tersebut, diantaranya:

Semua perbuatan orang kafir pada dasarnya dibangun di atas pondasi kesesatan dlalalah dan kerusakan fasad. Inilah sebenarnya titik tolak semua perbuatan dan amalan orang-orang kafir, baik yang bersifat menakjubkan anda atau tidak, baik yang dzahir (nampak nyata) kerusakannya ataupun terselubung. Karena sesungguhnya yang menjadi dasar semua aktivitas orang-orang kafir adalah dlalal (sesat), inhiraf (menyeleweng dari kebenaran), dan fasad (rusak). Baik dalam aqidah, adat-istiadat, ibadah, perayaan-perayaan hari besar, ataupun dalam pola tingkah lakunya. Adapun kebaikan yang mereka perbuat hanyalah merupakan suatu pengecualian saja. Oleh karena itu jika ditemukan pada mereka perbuatan-perbuatan baik, maka di sisi Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak memberi arti apapun baginya dan tidak diberi pahala sedikitpun. Sebagaimana firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Dan Kami hadapi amal yang mereka kerjakan kemudian Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (QS: Al-Furqan: 23)

Dengan bertasyabbuh terhadap orang kafir, maka seorang muslim akan menjadi pengikut mereka. Yang berarti dia telah menentang atau memusuhi Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Dan dia akan mengikuti jalur orang-orang yang tidak beriman. Padahal dalam perkara ini terdapat peringatan yang sangat keras sekali, sebagaimana Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesuadah jelas datang kepadanya petunjuk dan mengikuti jalannya orang-orang yang tidak beriman, Kami biarkan ia leluasa dengan kesesatannya (yakni menentang Rasul dan mengikuti jalan orang-orang kafir, pen.) kemudian Kami seret ke dalam Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS: An-Nisa’: 115)

Hubungan antara sang peniru dengan yang ditiru seperti yang terjadi antara sang pengikut dengan yang diikuti yakni penyerupaan bentuk yang disertai kecenderungan hati, keinginan untuk menolong serta menyetujui semua perkataan dan perbuatannya. Dan sikap itulah yang menjadi bagian dari unsur-unsur keimanan, di mana seorang muslim tidak diharapkan untuk terjerumus ke dalamnya.

Sebagian besar tasyabbuh mewariskan rasa kagum dan mengokohkan orang-orang kafir. Dari sana timbullah rasa kagum pada agama, kebudayaan, pola tingkah laku, perangai, semua kebejatan dan kerusakan yang mereka miliki. Kekagumannya kepada orang kafir tersebut akan berdampak penghinaan kepada As-Sunnah, melecehkan kebenaran serta petunjuk yang dibawa Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dan para pendahulu umat ini yang sholeh. Karena barangsiapa yang menyerupai suatu kaum pasti sepakat dengan fikrah (pemikiran) mereka dan ridla dengan semua aktivitasnya. Inilah bentuk kekaguman terhadap mereka. Sebaliknya, ia tidak akan merasa kagum terhadap semua hal yang bertentangan dengan apa yang dikagumi tersebut.

Musyabbahah (meniru-niru) itu mewariskan mawaddah (kasih sayang), mahabbah (kecintaan), dan mawalah (loyalitas) terhadap orang-orang yang ditiru tesebut. Karena bagi seorang muslim jika meniru dan mengikuti orang-orang kafir, tidak bisa tidak, dalam hatinya ada rasa ilfah (akrab dan bersahabat) dengan mereka. Dan rasa akrab dan bersahabat ini akan tumbuh menjadi mahabbah (cinta), ridla serta bersahabat kepada orang-orang yang tidak beriman. Dan akibatnya dia akan menjauh dari orang-orang yang shalih, orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang mengamalkan As-Sunnah, dan orang-orang yang lurus dalam berislam. Hal tersebut merupakan suatu hal yang naluriah, manusiawi dan dapat diterima oleh setiap orang yang berakal sehat. Khususnya jika muqallid (si pengikut) merasa sedang terkucil atau sedang mengalami kegoncangan jiwa. Pada saat yang demikian itu apabila ia mengikuti yang lainnya, maka ia akan merasa bahwa yang diikutinya agung, akrab bersahabat, dan terasa menyatu dengannya. Kalau tidak, maka keserupaan lahiriah saja sudah cukup baginya. Keserupaan lahiriah ini direfleksikan ke dalam bentuk kebudayaan dan tingkah laku. Dan tidak bisa tidak, kelak akan berubah menjadi penyerupaan batin. Hal ini merupakan proses yang wajar dan dapat diterima oleh setiap orang yang mau mengamati permasalahan ini dalam pola tingkah laku manusia (human being).
Kalau seseorang bepergian ke negeri lain maka ia akan menjadi orang asing di sana. Jika dia bertemu dengan seseorang yang berpakaian sama dengan pakaiannya, kemudian berbicara dengan bahasa yang sama pula pasti akan timbul mawaddah (cinta) dan ilfah (rasa akrab bersahabat) lebih banyak dibanding kalau di negeri sendiri. Jadi apabila seseorang merasa serupa dengan lainnya, maka rasa persamaan ini akan membekas di dalam hatinya. Ini dalam masalah yang biasa. Lalu bagaimana jika seorang muslim menyerupakan diri dengan orang-orang kafir karena kagum kepada mereka? Dan memang inilah yang kini banyak terjadi. Suatu hal yang tidak mungkin, seorang muslim bertaklid dan menokohkan orang kafir kalau tidak berawal dari rasa kagum, kemudian disusul dengan keinginan untuk mengikuti, mencontoh, dan akhirnya menumbuhkan rasa cinta yang mendalam yang disertai dengan sikap loyalitas yang tinggi. Hal itu bisa dilihat pada masa sekarang di mana banyak muslim yang bergaya hidup kebarat-baratan.

Bertasyabbuh terhadap orang-orang kafir pada dasarnya akan menjerumuskan kepada kehinaan, kelemahan, kekerdilan (rendah diri), dan kekalahan. Oleh karena itu sikap bertasyabbuh dilarang keras. Demikianlah yang terjadi pada sebagian besar orang-orang yang mengikuti orang-orang kafir sekarang ini.

(Sumber Rujukan: Mantasyabbaha biqoumin Fahuwa Minhum, Dr.Nashir Bin Abdul Karim Al-Aql)

Petaka dan Fitnah Ulama Su'

Namanya saja ulama su’ (buruk), tentu pekerjaan-nya merusak, mengacau, dan menyesatkan. Disebut ulama karena baju dan lisannya seperti ulama, disebut su’ karena perbuatan, ajakan, dan hatinya jahat. Karena itu, ulama su’ termasuk jenis manusia yang berbulu domba namun berhati serigala.Ulama su’ sekarang ini adalah generasi penerus dari ulama su’ zaman dahulu. Ulama su’ mengajarkan tipu daya untuk mencari celah-celah hukum Alloh Subahanahu wa Ta’ala, sehingga mereka bisa memakan harta secara batil seperti kisah penduduk yang menghalalkan mencari ikan pada hari Sabtu dengan tipu daya yang cukup terkenal itu, atau menghalalkan bangkai dengan cara mencairkannya menjadi minyak lalu dijual dan dimakan harganya.

Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: “Akan muncul di akhir zaman orang-orang yang mencari dunia dengan agama. Di hadapan manusia mereka memakai baju dari bulu domba untuk memberi kesan kerendahan hati mereka, lisan mereka lebih manis dari gula namun hati mereka adalah hati serigala (sangat menyukai harta dan kedudukan). Alloh berfirman, “Apakah dengan-Ku (kasih dan kesempatan yang Kuberikan) kalian tertipu ataukah kalian berani kepada-Ku. Demi Diriku, Aku bersumpah. Aku akan mengirim bencana dari antara mereka sendiri yang menjadikan orang-orang santun menjadi kebingungan (apalagi selain mereka) sehingga mereka tidak mampu melepaskan diri darinya.” (HR: Tirmidzi)

Ulama su’ adalah peringkat ulama yang paling rendah, paling buruk dan paling merugi. Ia adalah seorang alim yang tidak mengamalkan ilmunya dan tidak mengajarkannya kepada manusia. Di samping itu, ia mengajak kepada kejahatan dan kesesatan. Ia menyuguhkan keburukan dalam bentuk kebaikan. Ia menggambarkan kebatilan dengan gambar sebuah kebenaran. Ada kalanya, karena menjilat para penguasa dan orang-orang dzalim lainnya untuk mendapatkan kedudukan, pangkat, pengaruh, penghargaan atau apa saja dari perhiasan dunia yang ada di tangan mereka. Atau ada juga yang melakukan itu karena sengaja menentang Alloh Subahanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya demi menciptakan kerusakan di muka bumi ini. Mereka tidak lain adalah para khalifah syetan dan para wakil Dajjal.

Di antara ulama su’ ada juga kelompok yang mengajak kepada kebaikan, namun tidak pernah memberikan keteladanan. Karena itu, Ibnul Qayyim berkata: “Ulama su’ duduk di depan pintu surga dan mengajak manusia untuk masuk ke dalamnya dengan ucapan dan seruan-seruan mereka. Dan mengajak manusia untuk masuk ke dalam neraka dengan perbuatan dan tindakannya. Ucapan mereka berkata kepada manusia: “Kemarilah! Kemarilah!” Sedang-kan perbuatan mereka berkata: “Janganlah engkau dengarkan seruan mereka. Seandainya seruan mereka itu benar, tentu mereka adalah orang yang pertama kali memenuhi seruan itu.” (Al-Fawaid, Ibnul Qayyim, hal. 61).

Diriwayatkan bahwa Alloh Subahanahu wa Ta’ala memberi wahyu kepada Nabi Daud alaihis salam, yang artinya: “Wahai Daud jangan engkau jadikan antara Aku dan antara dirimu seorang alim yang sudah tergoda oleh dunia, sehingga ia bisa menghalangimu dari jalan mahabbahKu. Karena sesungguhnya mereka adalah para begal yang membegal jalannya hamba-hambaKu. Sesungguhnya hukuman terkecil yang Aku kenakan untuk mereka adalah Aku cabut kelezatan bermunajat dari hati mereka.” (Jami’ Bayanil Ilmi, Ibnu Abdil Bar, 1/193).

Asy-Sya’bi berkata: “Akan ada sekelompok penduduk surga yang melongok, melihat sekelompok penduduk neraka. Lalu penduduk surga menyapa mereka dengan penuh keheranan, “Apa yang membuat kalian masuk neraka, padahal kami masuk surga karena jasa didikan dan ajaranmu ?”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami memerintahkan kalian melakukan kebaikan namun kami sendiri tidak melaksanakannya.”

Alloh Subahanahu wa Ta’ala telah mencela orang-orang semacam ini sejak zaman Nabi Musa alaihis salam dan mengabadikan hinaan itu di dalam kitab suci sepanjang masa, yang artinya: “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri. Padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat) ? Maka tidakkah kamu berpikir ?” (QS: Al- Baqarah: 44). (Mukhtashar Jami’ Bayanul Ilmi, Ahmad bin Umar Al-Bairuti, hal. 165).

Contoh Nyata
Contohnya banyak sekali, seperti ulama yang dalam muktamar telah memutuskan keharaman musik, lalu setelah pulang ke pesantrennya ternyata di rumahnya terang-terangan memutar kaset-kaset nyanyian atau bahkan santrinya direstui membentuk grup musik atau qosidah. Ada lagi ulama yang dengan manisnya mengatakan bahwa tugasnya adalah berdakwah demi kesejahteraan Islam, namun di waktu lain ia malah membolehkan bahkan mengajak untuk memilih orang-orang kafir sebagai pemimpin, dan lain sebagainya.

Ada juga diantara mereka yang mengatakan agama jangan dijual, ironisnya mereka menulis atau menerjemahkan buku-buku yang sangat dibutuhkan oleh umat dengan memasang embel-embel kapitalis (salah satunya hak cipta, padahal sistem kapitalis ini adalah budaya rusak yang dikembangkan oleh Gereja-Gereja semenjak Romawi masih berkuasa dengann tujuan menjaga aset dan kekayaan gereja), mereka mengadakan dauroh-dauroh dengan tujuan untuk mendapatkan rekaman kajian yang bisa dijual dan sebagainya.

Satu lagi termasuk kelompok ulama su’ yaitu ulama yang mengajak kepada kebaikan, tetapi dengan cara-cara kefasikan, seperti berdakwah dengan musik dan gendingan. Mulutnya mengajak ke surga sementara tangan dan kakinya mengajak orang lain untuk bergoyang mengikuti syetan. Atau berdakwah dengan menggunakan metode lawak, sehingga ungkapan yang kotor dan contoh-contoh yang seronok menjadi bumbu wajib dalam setiap ceramahnya karena target keberhasilannya adalah puasnya hadirin, pemirsa dan pendengar, dengan gelak tawa dan senyuman lebar sebanyak mungkin. Tema dan isi dakwah pun dipilih dan dikemas sesuai dengan selera para panitia dan pengunjung. Mulutnya mengajak kepada iman, namun lawakan dan kebanyolannya melupakan akhirat. Intinya adalah ia mencari “ridha manusia”. Jenis ulama penghibur (pelawak dan pemusik) ini tidak mengikuti aturan dakwah dalam syariat Islam, tetapi mengikuti nafsu syetan demi mengejar ridha manusia. Mereka lupa akan ancaman Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam, yang artinya: “Barangsiapa yang mencari ridha Alloh dengan (resiko mendapat) murka manusia, maka Alloh Subahanahu wa Ta’ala mencukupinya dari manusia. Dan barangsiapa mencari ridha manusia dengan (menyebabkan) kemurkaan Alloh Subahanahu wa Ta’ala, maka Alloh Subahanahu wa Ta’ala menyerahkan dirinya kepada manusia.” (HR: Tirmidzi, no. 2419)

Hasil dari semua itu, ulama su’ adalah perusak agama, pemadam sunnah, pelindung bid’ah, pelopor maksiat. Sesungguhnya tepat ungkapan Ibnul Mubarak: “Tidaklah merusak agama ini melainkan para raja, ulama su’ dan para rahibnya.” Hal ini karena manusia ini bergantung kepada ulama (ahli ilmu dan amal), ubbad (ahli ibadah) dan muluk (umara, aghniya’). Jika mereka baik, manusia akan baik dan jika mereka rusak, pasti dunia menjadi rusak. (Tafsir Ibnu Katsir, 2/462

Umar berkata kepada Ziyad bin Hudair: “Apakah kamu mengerti apa yang merusak Islam ?” Ziyad berkata: “Tidak.” Umar berkata: “Tergelincirnya seorang alim, debatnya orang munafik -dengan ayat Al-Qur’an- dan (penetapan) hukumnya para imam yang menyesatkan.” (HR: Ad-Darimi)

Ulama su’ sejatinya adalah da’i-da’i neraka. Dalam hadits Hudzaifah, ketika dia bertanya kepada Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam, yang artinya: “Sesungguhnya kita dulu ada dalam kejahiliahan lalu Alloh menganugerahkan kepada kami kebaikan ini, maka apakah setelah kebaikan ini ada keburukan ?” Beliau menjawab dalam ucapannya yang panjang sampai berkata: “Ya, para da’i di ambang pintu Jahannam. Siapa yang mendatangi ajakannya pasti akan mereka lemparkan ke dalamnya.” (HR: Al-Bukhari: 7084, dll)

Ulama su’ adalah musuh Alloh Subahanahu wa Ta’ala, mereka sebegitu buruknya karena memutar balikkan urusan, maka benar-benar terbalik. Mestinya salah seorang mereka bisa menjadi pengajak dan penyeru kepada jalan Alloh Subahanahu wa Ta’ala, ternyata mereka sesat dan menyesatkan, mengajak kepada jalan syetan. (Dari ucapan Ali radhiAllohu anhu, Ad-Dakwatut Tammah, Abdullah Al-Hadrami, h. 42).

Ulama su’ adalah ulama fasik yang akan dimasukkan oleh Alloh Subahanahu wa Ta’ala ke dalam neraka sebelum para penyembah berhala, karena salahnya orang yang mengerti tidak sama dengan orang yang tidak mengerti. (Mukhtashar Jami’ Bayanil Ilmi, 164)

Ya Alloh Subahanahu wa Ta’ala, jadikanlah manfaat untuk kami apa yang telah engkau ajarkan kepada kami dan ajarkanlah terus kepada kami apa yang bermanfaat untuk kami.

(Sumber Rujukan: Al-Fawaid, Ibnul Qayyim; Jami’ Bayanil Ilmi, Ibnu Abdil Bar; Mukhtashar Jami’ Bayanul Ilmi, Ahmad bin Umar Al-Bairutidan berbagai sumber)

http://www.mediamuslim.info/index.php?

Kapan kelalaian Ini Berakhir

Saat ini kebanyakan manusia hidup dalam kelalaian yang nyata dari (mengingat) Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan kampung akhirat. Dunia dan seluruh perhiasannya telah menjebak umat manusia, angan-angan tak karuan sudah menipunya, dan mereka telah disetir oleh keinginan-keinginan jelek, setan serta hawa nafsu yang selalu menyuruh kepada perbuatan tercela, namun dengan ini semua diri masih mengira bahwa telah berbuat sebaik-baiknya perbuatan.

Sesungguhnya ghaflah (lalai, terlena) adalah racun yang sangat mematikan, dan penyakit yang sangat berbahaya, yang dapat menguasai hati, merasuk mencengkram jiwa, serta menawan/melumpuhkan angota badan.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya: “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).” (QS: Al Anbiyaa’: 1)

Mayoritas manusia dalam keadaan lalai
Al Imam Ibnu Al Qayyim rahimahulloh berkata: Dan barangsiapa memperhatikan keadaan manusia, maka dia pasti dapatkan mereka seluruhnya –kecuali sedikit saja- merupakan golongan orang-orang yang hatinya lalai dari mengingat Alloh Subhanahu wa Ta’ala, mereka mengikuti hawa nafsunya, sehingga urusan-urusan dan kepentingan mereka terabaikan, yaitu mereka kurang perhatian terhadap hal-hal yang mendatangkan manfaat dan membawa kemashlahatan baginya, sedang mereka menyibukan diri dengan hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat baginya, bahkan justru mendatangkan malapetaka bagi mereka, baik sekarang maupun di masa mendatang.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman-walaupun kamu sangat menginginkannya.” (QS: Yusuf: 103) Dan firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh” (QS: Al An’am: 116) Dan firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS: Yunus: 92)

Namun apakah lalainya kebanyakan manusia dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan dari hari kemudian itu merupakan hujjah bagi orang-orang yang lengah dan suka main-main? Sama sekali tidak…..Itu bukan hujjah bagi mereka, bahkan menjadi hujjah atas mereka, karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah mengutus para Rasul, mereka mengajak manusia untuk beribadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala saja yang tidak ada sekutu baginya, dan meninggalkan jalan-jalan kelengahan dan kesesatan, begitu juga Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan kitab-kitab yang di dalamnya mengandung peringatan dari sikap lalai dan semua pintu-pintunya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hati-mu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS: Al ‘Araf: 205)

Al Imam Abu Muhammad Al Qushariy berkata: Sungguh Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah melarang manusia berbuat lalai, dan Dia telah memerintahkan agar selalu mengingat-Nya setiap saat, Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Berdzikirlah (dengan menyebut nama) Alloh dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS: Al-Ahzab: 41) Dan berfirman, yang artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Alloh sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring” (QS: Ali Imran: 191)

Siksa bagi orang yang lalai
Orang-orang yang lalai mendapatkan sangsi di dunia dan sangsi di akhirat, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang ummat Nabi Musa tatkala mereka mendustakan dan menyakitinya, yang artinya: “Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggalamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu.” (QS: Al-A’raf: 136)

Dan Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan neraka Jahannam –yaitu tempat siksaan di akhirat– sebagai tempat kembali dan tempat tinggal bagi orang-orang yang lalai, Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman, yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manuia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Alloh) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Alloh), dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunaknnya untuk mendengar (ayat-ayat Alloh). Mereka itu seperti binatang ternak bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS: Al-A’raf: 179)

Ayat ini menjelaskan bahwa tempat akhir orang-orang yang lalai adalah Jahannam disebabkan mereka memiliki hati, namun hatinya sangat keras, tidak pernah tersentuh dan terenyuh, serta tidak tergerak sedikitpun dengan mau’idhah (wejangan), dia bagaikan batu, bahkan lebih keras. Mereka memiliki mata yang mampu melihat pemandangan dhahir (luar) segala sesuatu, namun tidak mampu melihat dengannya hakikat segala urusan, dan tidak mampu dengannya membedakan antara yang bermanfaat dengan yang membahayakan.

Dan mereka memiliki telinga yang dengannya mereka mendengarkan suara-suara kebatilan, seperti dusta, nyanyian, kata-kata kotor, ghibah, dan namimah, dan mereka tidak mengambil manfaat dengannya dalam mendengarkan hal yang benar dan jujur yang berupa kitab Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan sunnah Rasul-Nya Shallallaahu alaihi wa Sallam. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS: Yunus: 7-8)

Dan Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang adzab orang-orang yang lalai di Jahannam, yang artinya: “Dan telah dekat kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang kafir. (Mereka berkata), “Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang dzalim. Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Alloh, adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya.” (QS: Al Anbiya: 97-98)

Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga memberitahukan bahwa kelalaian itu bila telah menguasai hati menyebabkan seseorang ridla dengan kekufuran, dadanya merasa tenteram dengannya, pintu-pintu hidayah tertutup, dan terkuncilah hati itu, wal ‘iyadzu billah, sehingga taubat dan hidayah sangat sulit tercapai, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Alloh menimpanya dan baginya azab yang besar. Yang demikian itu disebabkan mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasannya Alloh tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran, dan penglihatan-nya telah dikunci mati oleh Alloh, dan mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS: An Nahl: 106-108)

Lalai sebab segala kejelekan
Al Imam Ibnu Al Qayyim berkata: Dan lalai dari (mengingat) Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan hari kemudian bila berpasangan dengan mengikuti hawa nafsu maka terlahirlah dari keduanya segala macam keburukan, dan umumnya bergabung antara keduanya dan tidak pernah terpisahkan. Barang siapa memperhatikan kerusakan situasi alam ini, secara umum maupun khusus maka dia bakal mendapatkannya sebagai akibat dari kedua hal ini.

Kelalaian menjadi penghalang antara seseorang dengan kemampuan memandang kebenaran, mengetahuinya, dan memahaminya, sehingga ia termasuk dalam jajaran orang-orang yang sesat.

Tanda-tanda lalai
Saudaraku tercinta, lalai itu memiliki banyak tanda, dikala kita melihat salah satunya ada dalam diri kita, maka ketahuilah sesungguhnya kita dalam bahaya, cepatlah koreksi diri, kejarlah ketinggalan, dan mulailah menanggulangi tanda-tanda ini dengan cara-cara yang disyari’atkan agar kita mampu melepaskan diri dari cengkaramannya sepanjang masa. Dan di antara-tanda itu adalah:

Menyekutukan Alloh Subhanahu wa Ta’ala, dan inilah fenomena kelalaian yang paling besar.

Kufur, fasiq, dan nifaq.

Melakukan perbuatan-perbuatan keji, seperti zina, sodomi, minum-minuman keras, dan lain sebagainya.

Menyia-nyiakan shalat, dan menyepelekan waktu-waktunya, serta (meninggalkan)mendirikannya secara berjamaah di mesjid.

Sedikit mengingat Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Sedikit membaca Al Qur’an.

Meninggalkan berdoa, dan berlindung kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Mencintai dunia, dan menyibukan diri untuk mengumpulkannya dengan berbagai cara.

Tasyabbuh (menyerupai) dengan musuh-musuh Alloh Subhanahu wa Ta’ala, baik dalam hal pakaian, cara hidup, dan penampilan.

Berteman dengan orang-orang jahat, dan orang yang tidak mau mengingatkannya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Menyia-nyiakan waktu dalam hal yang bukan termasuk ketaatan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Terlalu banyak makan, minum, tidur, dan bergaul, karena itu semua menyebabkan rusaknya hati dan malasnya anggota badan dari melaksanakan berbagai macam ketaatan.

Mendengarkan lagu-lagu, dan menonton siaran parabola yang beracun.

Tidak hati-hati dalam segala hal yang berkaitan dengan halal dan haram.

Melanggar keharaman-keharaman yang nampak, seperti mempergunakan narkoba, merokok, laki-laki mengisbalkan pakaiannya dan mencukur jenggot, wanita ber-tabarruj dan keluar dengan bersolek serta memakai wangi-wangian, dan lain sebagainya.


(Sumber Rujukan: Nasrah Darul Wathan, “Ila mata al ghaflah”)

Selasa, 2007 Desember 25

Hukum mengolok-olok orang yang teguh dalam syariat islam

Mengolok-olok orang-orang yang berpegang teguh dengan perintah Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya disebabkan karena mereka itu berpegang teguh (konsisten) dengan perintah itu, hukumnya haram, dan berbahaya sekali terhadap dirinya. Karena dikhawatirkan kebenciannya terhadap mereka itu disebabkan kebenciannya terhadap kondisi mereka yang berpegang teguh dengan ajaran agama Alloh Subhanahu wa Ta’ala, di saat itu, pengolok-olokannya terhadap mereka menjadi pengolok-olokan terhadap jalan yang mereka tempuh (ajaran yang mereka pegang).

Mereka menyerupai orang yang telah dikatakan Alloh Subhanahu wa Ta’ala tentang mereka, yang artinya: “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Alloh Subhanahu wa Ta’ala, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman”. (QS: At-Taubah: 65-66).

Sesungguhnya ayat ini turun kepada satu kaum dari orang-orang munafik yang mereka berkata: “Kami tidak melihat mereka ini seperti qari (pembaca-pembaca) kami -yang mereka maksudkan adalah Rasululloh shallAllohu `alaihi wa sallam dan para sahabatnya- yang lebih suka makan, yang lebih pendusta lidahnya, dan yang lebih penakut dihadapan musuh. Lalu Alloh Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat ini terhadap diri mereka. Berhati-hatilah orang yang mengolok-olok penegak kebenaran, dikarenakan mereka itu dari penegak agama. Sesungguhnya Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lewat di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang berdosa kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: “Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat”. Padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin. Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir. Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS: Al-Muthaffifiin : 29-36).

(Sumber Rujukan: Asilah Muhimmah, Fatawa Syeikh Ibnu Utsaimin)
Media Muslim.info

Rabu, 2007 Desember 19

Perjalanan Dakwah di Negara Kamboja







Selasa, 2007 Desember 18

Dakwah dan Tabligh

Dakwah merupakan tulang punggung agama. Semua Nabi as. Di turunkan di dunia untuk berdakwah. Nabi Muhammad saw sendiri telah mencontohkan perjuangannya dalam berdakwah, begitu pula para sahabat r.a.. Perjuangan dan pengorbanan beliau telah banyak di kisahkan dalam kitab-kitab. Hampir seluruh waktu, harta, bahkan diri mereka habis di gunakan untuk memperjuangkan agama. Dengan sebab perjuangan dan pengorbanan Rasulullah saw, yang kemudian di lanjutkan para sahabat ra, Islam telah menjadi revolusi terbesar yang pernah ada dalam peradapan manusia. Revolusi tersebut meliputi berbagai bidang, termasuk revolusi akhlak dan moral sehingga menjadikan tatanan masyarakat terbaik yang pernah ada. Islam waktu itu telah menunjukkan wibawanya sehingga menjadi kaum yang paling di segani di seluruh dunia. Al-quran dan hadist telah banyak menyebutkan tentang pentingnya dakwah dan tabligh. Tegaknya usaha dakwah sangat mempengaruhi kemajuan dan kemerosotan umat. Banyak wilayah / negara yang dulu jaya dengan ajaran Islamnya kini tinggal bekasnya saja. Hal ini terjadi karena kurangnya kepedulian umat untuk mengamalkan dan mengusahakan agama.

Syaikh Muhammad Ilyas rah.a salah satu tokoh yang memahami cita-cita dan perjuangan Rasulullah saw beserta para sahabat ra merasakan kerisauan yang dalam atas ketidak pedulian umat terhadap agama. Apalagi keadaan masyarakat mewat ( India) yang beliau saksikan waktu itu yang jauh dari agama. Hal itu semakin menambah kerisauan dan rasa nyeri di hati beliau yang kemudian berusaha mencari jalan keluar untuk mengubah suasana dan keadaan masyarakat mewat atas dasar cinta beliau kepada Umat Islam. Beliau berusaha menegakkan kembali kepentingan usaha dakwah dan menanamkan kepahaman pada umat tentang pentingnya dakwah untuk di usahakan sebagaimana yang telah di tuntut oleh agama, serta agar setiap individu memiliki rasa tanggung jawab untuk memajukan agama. Akhirnya beliau mengirim rombongan dakwah dari mewat untuk di gerakkan dengan tujuan mempraktekkan kehidupan Islami dan membudayakan usaha dakwah serta usaha amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan masyarakat. Serta agar berlatih mengorbankan harta, diri dan waktu untuk agama.

Sejarah telah menjadi saksi betapa besar pengaruh gerakan dakwah yang di tegakkan kembali oleh Syaikh Muhammad Ilyas rah.a. Dan telah menjadi fakta yang tak terbantahkan andil gerakan dakwah dan tabligh serta usaha perbaikan umat tersebut dalam meninggikan kalimat imaniyah di akhir abad ke-20 ini. Sehingga menjadi tinggilah kepentingan agama di atas kepentingan lainnya dan kepentingan usaha atas agama di atas usaha lainnya. Kemudian orang-orang berbondong-bondong untuk mengutamakan amal daripada mal (harta), menghidupkan sunnah-sunnah dan adab-adab nabawiyah serta menyiapkan diri untuk menjadi pejuang-pejuang agama, dengan mengorbankan harta, diri, dan waktu mereka di jalan Allah (semata-mata mengharap keridhaa-Nya).

Karena taufik dan inayah dari Allah swt. sajalah, usaha dakwah dan tabligh tersebut kini telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Allah-lah yang menolong usaha dakwah terswebut dan Allah kuasa untuk menghancurkanya. Pada saat ini dapat di lihat betapa banyaknya manusia yang berbondong-bondong keluar di jalan Allah ke setiap penjuru, bahkan ke setiap sudut perkampungan terpencil dengan semangat, niat, cara dan tujuan yang sama untuk menyebarkan agama, hidayah dan perdamaian. Setiap hari selalu ada jamaah atau rombongan dakwah yang terus di kirim ke berbagai wilayah. Mereka senantiasa mendakwahkan agama siang dan malam, mengingatkan umat bahwa tidak ada jalan menuju kebahagiaan kecuali mengamalkan agama. Tujuan mereka yaitu untuk memperbaiki diri serta agar agama yang telah di turunkan Allah swt dengan sempurna ini bisa wujud dalam kehidupun umat islam seluruh alam (khususnya pada diri pekerja dakwah itu sendiri). Sehingga seluruh kampung-kampung di seluruh alam bisa hidup sebagaimana Madinah Al-munawarah pada jaman Rasulullah saw. Masjid-masjid seluruh alam bisa hidup sebagaimana kehidupan masjid Nabawi pada jaman Rasulullah saw. Serta agar manusia memahami pentingnya kerja atas agama melebihi kerja atas kebendaan.

Tidak ada satupun lapisan masyarakat yang tertinggal dalam menyambut seruan untuk dakwah tersebut, dari Ulama-ulama, Hufadz Qur’an, pelajar, orang awam, orang miskin, konglomerat, intelek, pengusaha, pejabat, orang kota, orang desa, sampai bekas preman. Serta telah di amalkan umat di seluruh belahan dunia. Berkat usaha dakwah dan tabligh tersebut telah banyak orang yang hidupnya kelam mejadi terang, banyak orang kembali tobat dari kemaksiatannya. Dalam usaha ini seolah-olah perbedaan suku, bahasa, negara, status sosial menjadi kabur kemudian duduk rapat-rapat sebagai umat akhir jaman yang mempunyai tanggung jawab untuk meneruskan risalah kenabian. Bersatu padu menyatukan fikir dan saling tolong-menolong dalam memperjuangkan agama yang sedang di timpa sakit yang parah ini. Ini juga bukti bahwa dakwah memang ampuh untuk memperkuat persatuan umat dan menghindari perpecahan.

Amalan dakwah ini telah bergerak dan berkembang di Afrika seperti Maroko, Al-Jazair, Tunis, dan Libya. Amalan dakwah ini juga bergerak dan berkembang di Perancis, Belgia, Belanda, Albania, Inggris dan Amerika. Juga di Timur tengah seperti Mesir, Jordania, Syiria, Libanon, Yaman dan negara-negara Arab lainnya, di samping juga di negeri tempat asal mula usaha ini berkembang, yakni India. Saat ini sekitar 240 negara telah hidup amalan dakwah ini.
Usaha dakwah dan tabligh tersebut bisa berkembang dengan baik meskipun di negara-negara barat yang sangat minoritas Islamnya (seperti Amerika, Eropa, Australi dll). Dengan sebab usaha dakwah di sana, panji-panji Islam semakin berkibar tinggi. Di sana orang-orang semakin berani untuk menampakkan ke-Islamannya. Orang semakin bangga untuk memakai atribut-atribut sunnah seperti sorban dan ghamis. Bahkan banyak orang yang akhirnya masuk Islam asbab usaha dakwah tersebut.

Suatu usaha yang besar, berskala dunia dan berkaliber Internasional tentu mengundang reaksi yang besar pula. Berbagai sorotan dan kritikan datang dari segala arah, Ada yang mendukung, simpati, mendorong dan mencintainya. Ada juga yang membenci, dan menghalang-halangi. Hal ini wajar, hampir semua pembaharuan selalu di iringi pertentangan. Namun fakta membuktikan, siapapun yang terjun langsung dalam kerja dakwah tersebut maka akan timbul jazbah (semangat) untuk mengamalkan agama. Dan timbul semangat untuk mendakwahkan agama tersebut kepada orang lain.

Tentang asal nama "Jamaah Tabligh”, Pada dasarnya tidak ada penamaan resmi terhadap kerja dakwah ini, dan awal gerakan da’wah tersebut juga memang tidak ada nama khusus. Munculnya nama "Jama’ah Tabligh" terwujud secara alami, sebagaimana jika orang menjual ikan maka orang-orang akan menyebutnya "Penjual Ikan" atau jika orang menjual buah-buahan maka orang-orang akan memanggilnya "tukang buah".

Di kisahkan bahwa Maulana Muhammad Ilyas rah.a. ketika memulai kegiatan dakwah tabligh ini mengatakan, “aku tidak memberikan nama apa pun terhadap usaha ini. Tetapi, seandainya aku memberinya nama, tentu aku menamakannya ‘gerakan iman’”. Beliau menyadari bahwa memberikan satu nama khusus pada kegiatan ini berarti membuat pengelompokan baru pada ummat. Ada umat yang anggota dan yang bukan anggota. Sedangkan dakwah dan tabligh adalah satu amal ibadah seperti sholat, puasa, dzikir, dan sebagainya. Sebagaimana dalam ibadah-ibadah lain tidak ada pengelompokkan dan keanggotaan (misalnya kelompok ahli sholat, ahli puasa, dan lain-lain) demikian pula halnya dengan dakwah dan tabligh. Selain hal itu, dakwah adalah tanggung jawab setiap individu ummat ini yang harus mereka tunaikan tanpa kecuali. Bila di bentuk satu kelompok dakwah, tentu akan timbul kesan bahwa dakwah adalah tugas anggota kelompok dakwah saja. Dengan berbagai pertimbangan itulah Maulana Ilyas tidak memberikan nama terhadap usaha dakwah tabligh.

Bahkan, di berbagai wilayah Indonesia orang-orang mempunyai sebutan yang berbeda-beda. Misalnya jamaah silaturahmi, kuba, jaulah, khuruj, osamah, jama’ah tholib, bahkan ada yang menyebut jamaah kompor karena sering membawa kompor kemana-mana. Ada juga sejumlah aktivis da’wah yang kurang senang bila dirinya di sebut anggota jamaah tabligh. Dakwah dan tabligh adalah tanggung jawab seluruh umat bukan tugasnya sekelompok orang tertentu. Namun yang menjadi kesalahpahaman besar, terutama di Indonesia adalah menganggap kerja tersebut hanya milik kelompok tertentu. Padahal di harapkan semua umat ikut ambil bagian dalam kerja dakwah ini sekuat kemampuan yang bisa di berikan.

Azas (landasan) dari kerja dakwah tersebut adalah musyawarah yang berdasarkan ruang lingkupnya terbagi dalam beberapa tingkatan musyawarah. Tingkat yang paling besar adalah musyawarah dunia yang biasanya di adakan 2 tahun sekali. Musyawarah nasional biasanya di adakan 4 bulan sekali (Utk Indonesia), kemudian di bagi lagi dalam wilayah-wilayah yang lebih kecil, misalnya musyawarah jawa tengah biasanya 2 bulan sekali, di bagi lagi dalam musyawarah halaqoh (kawasan) biasanya 1 minggu sekali. Sedangkan yang terkecil adalah musyawarah harian yang biasanya di adakan setiap hari di maholla (masjid) masing-masing. Setiap pekerja dakwah juga di anjurkan bermusyawarah setiap hari dengan keluarga di rumahnya masing-masing untuk kemajuan agama (setidaknya kemajuan agama dalam keluarga), sehingga ahli keluarga ikut ambil bagian dalam usaha dakwah. Selain itu juga masih banyak musyawarah-musyawarah lain yang belum di sebutkan di atas karena setiap kerja selalu di awali dengan musyawarah. Dalam musyawarah dunia, perkembangan dakwah di evaluasi, serta di bicarakan terti-tertib yang akan di ambil dalam periode yang akan datang. Sehingga terkadang terjadi perubahan tertib setelah musyawarah dunia.

Pembagian-pembagian wilayah dalam peta dakwah tabligh tersebut tidak terpengaruh oleh batas-batas formal yang ada dalam pemerintah.

Berdasarkan tempat berdakwah terbagi menjadi dua, yaitu intiqoli dan maqomi. Intiqoli yaitu dakwah di tempat orang lain atau kampung lain dengan berpindah atau dengan melakukan perjalanan dengan masa tertentu. Orang di sekitar tempat yang di datangi di harapkan akan memberi bantuan untuk kerja dakwah sehingga terjalin kerjasama antara pendatang dengan orang tempatan, sebagaimana kerjasama yang terjalin antara Sahabat muhajirin dan anshor di Madinah pada jaman Rasulullah saw. Sedangkan maqomi adalah dakwah di tempatnya masing-masing. Setiap pekerja di anjurkan untuk meluangkan beberapa jam setiap harinya untuk bersilaturahmi dengan orang-orang di sekitar tempatnya masing-masing untuk mendakwahkan agama. Dalam berdakwah juga di kenal istilah amalan secara infirodi dan Ijtima’i. Infirodi yaitu amalan secara individu sedangkan ijtima’i secara berkelompok(berjamaah). Begitu pula dalam berdakwah juga bisa di lakukan secara infirodi maupun ijtima’i.

Pekerja dakwah di anjurkan untuk mengikuti tertib-tertib dan arahan-arahan yang di sepakati guna menjalankan dakwah, misalnya ketika keluar di jalan Allah (khuruj fi sabilillah) hendaknya memperbanyak da’wah ilallah, ta’lim wa ta’lum, dzikir wal ibadah,dan khidmat. Mengurangi masa makan dan minum, tidur dan istirahat, bicara sia-sia, keluar dari lingkungan masjid. Menghadapi segala kesulitan dengan sabar. Jangan menyinggung masalah politik, khilafiyah (perbedaan pendapat di kalangan ulama), status sosial, dan derma sumbangan dalam berdakwah (ketika keluar). (Tidak boleh menyinggung masalah politik dan khilafiyah karena membicarakan hal tersebut ketika keluar di jalan Allah bisa menimbulkan perdebatan dan perpecahan di antara jamaah). Dan masih banyak arahan-arahan lainnya.

Pada jaman Rasulullah saw, masjid Nabawi menjadi pusat kegiatan umat, dari sana di bentuk jamaah / rombongan dakwah maupun jihad. Di sana juga sebagai pusat belajar-mengajar, pusat beribadah dan pusat melayani umat, Sehingga dalam usaha dakwah dan tabligh ini juga menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan dakwah. Berangkat dari masjid dan kembali lagi ke masjid. Untuk kawasan tertentu ada masjid yang di jadikan markaz (bahasa arab untuk kata centre/pusat). Di situlah biasanya para pekerja dakwah melakukan ijtima’ (pertemuan).

Dalam ijtima’ tersebut juga di bentuk jama’ah-jamaah yang akan di kirim ke berbagai tempat untuk berdakwah. Pada malam ijtima’ di adakan bayan (majelis penerangan untuk menerangkan maksud serta tujuan dakwah dan tabligh). Petugas bayan (mubayin) memberikan nasihat serta dorongan kepada para jamaah agar memikul tanggung jawab agama dengan cara mengorbankan sebagian dari harta, diri dan waktu, untuk keluar di jalan Allah. Bayan di akhiri dengan tasykil yaitu tawaran serta bujukan kepada para jamaah untuk mengorbankan sebagian harta, diri dan waktu untuk keluar di jalan Allah dengan masa tertentu dalam rangka mendakwahkan agama. Kemudian orang yang berniat untuk ikut keluar (khuruj fi sabilillah) mendaftarkan diri untuk di data. Di sana juga biasanya di bacakan kitab Hayatus-Shohabah yang berisi perjuangan dan pengorbanan para sahabat untuk agama, sehingga para jamaah bisa meneladani para sahabat r.a. dalam mengamalkan dan memperjuangkan agama. Dengan begitu juga bisa dirasakan bahwa pengorbanan para jamaah belum ada apa-apanya di bandingkan pengorbanan para sahabat r.a dalam membela agama. Orang yang mendapat tugas membaca kitab Hayatus-Sohabah haruslah orang ‘Alim(berilmu).

Kelebihan mereka dalam berdakwah adalah kerelaan mereka mengorbankan keperluannya untuk kepentingan dakwah. Mereka rela mengorbankan sebagian harta, diri dan waktu mereka untuk mendakwahkan agama sampai melewati batas pulau dan batas negara. Dalam berdakwah mereka siap di caci dan di maki, hal itu tidak akan menghentikan mereka. Hubungan antara pekerja dakwah ini sangat erat, mereka memiliki kesatuan hati yang sangat kuat, di dalamnya ada kasih sayang, dan semangat mengutamakan orang lain (itsar). Keindahan hubungan mereka dapat di lihat dari ijtima’-ijtima’ yang di adakan. Kasih sayang ini bukan hanya untuk sesama pekerja dakwah saja. Dalam berdakwah jamaah senantiasa berusaha menjalin hubungan dengan baik kepada orang-orang yang di temui. Dalam berdakwah di anjurkan menghindari perdebatan serta berdakwah dengan penuh hikmah dan bijak. Para Da’i di anjurkan menghadirkan sifat okromul muslimin (memuliakan sesama muslim) terutama kepada Ulama yang di jumpai.

Tidak ada paksaan dalam menjalankan usaha dakwah ini. Walaupun para masyaikh dan Syuro senantiasa memberi arahan-arahan dan nasihat dalam mengamalkan dakwah, tapi dalam pelaksanaanya apakah akan di amalkan atau tidak kembali kepada setiap individu. Namun alangkah baiknya jika semua orang bisa ikut ambil bagian dalam usaha ini. Usaha dakwah tersebut sangat terbuka, semua orang bisa ikut ambil bagian dalam usaha dakwah.
Para masyaikh(ulama) juga senantiasa mengingatkan kepada orang-orang yang bekerja di bawah usaha dakwah tersebut bahwa tujuan utama dalam mengamalkan dakwah tersebut adalah untuk memperbaiki diri (ishlah), memperbaiki orang lain bukanlah tujun utama mereka dalam berdakwah.

Amalan dakwah yang telah di konsepkan sangat bagus dan mulia, tapi yang menjalankan dan mengamalkan juga manusia biasa yang datang dari berbagai latar belakang. Tidak mungkin bisa terhindar dari kesalahan. Jika di cari-cari kekurangan mereka, tentu akan banyak di temukan, hal ini wajar. Di antara mereka sudah ada yang bertugas untuk mengarahkan dan meluruskan.

Secara realita kondisi umat saat ini pada umumnya sudah jauh dari apa yang di wasiatkan Rasulullah saw. Banyak masjid di bangun namun semakin sedikit yang memakmurkannya. Masjid sudah semakin megah namun semakin sepi dari amalan. Pemuda-pemuda kita lebih bangga menirukan gaya selebriti daripada Nabi kita. Kita sebagai Umat Islam tidak sadar telah ikut terbawa budaya yahudi dan nasrani. Kini agama, satu-satunya yang menjadi sebab kebahagiaan, kemuliaan dan kejayaan dunia akhirat di anggap sesuatu yang tidak penting sehingga di abaikan begitu saja. Dengan memberi ummat kitab tebal kemudian kita cuma berharap agar umat mengamalkanya sementara mereka belum memahami kepentingan agama merupakan perkara yang hampir mustahil.

Opini masyarakat terbentuk dari apa yang mereka lihat, masyarakat sudah kesulitan melihat kehidupan islam yang sesungguhnya. Cara bagaimana bermu’amalah, mu’asyaroh, berakhlak yang dulu pernah di ajarkan Rasulullah saw kini telah hilang dari umat Islam. Jika dulu ada yang bertanya bagaimana akhlak Rasulullah saw maka bisa di jawab akhlak beliau adalah Al-quran. Namun saat ini kehidupan Islami seolah-olah hanya di dalam buku-buku saja......

Di jaman sekarang ini, budaya materialisme sudah sangat kental dalam kehidupan masyarakat, masih adanya sekelompok orang yang mau berkorban untuk mendakwahkan agama merupakan suatu rahmat dari Allah swt yang seharusnya kita tolong dan kita syukuri. "Thola’albadru‘ ;alaina mintsaniyatilwada’ wajaba syukru ‘alaina maada’alillahida&rs quo;. (Telah terbit purnama di atas kita muncul dari tsaniyatul wada’, wajib bersyukur atas kita selama masih ada Da’i yang mengajak kepada Allah)……&nb sp;

Markas Tabligh



1. Abu Dhabi
Kaleem Razal, Al-Musaffah, Abu Dhabi. 971-2-721-..
Afghanistan
Haji Md Meer, Sarai Nelam Farrush, Shahbazar, Kabul. 155-23798

2. Afrika Selatan
Markaz, Bait-un-Nur, 17, 11th Avenue Mayfair, Johannesburg. 011-8392633
Kirk St Masjid, 12 Kirk St, 2001 Johannesburg. (G. M. Padia) 27-31-923-841, faks 27-11-852-4011
3.Albania
Dr Abdul Latif Saleh, Tirana. +355-42-25440/25438
Seshi Avni Rustemi, Tirana. +355-42-23038
Dr Skender Durresi, Tirana. +355-42-32710

4.Aljazair
Masjid An-Najah, Al-Mohammedia, Algeria. (Belqasim Merad 213-2-750)

5.Amerika Syarikat
Dearborn Mosque, 9945 West Vernor Highway, Dearborn, Detroit. +1-313-8429000
Markaz New York, 425, Montauk Avenue, Apt. 1, Brooklyn, New York.
Markaz, Masjid Falah, 42-12, National St., Corona, New York. (Loqman Abdul Aleem) +1-718-4767968
Abdur Raqeeb, 130, 69th St., Guttenberg, NJ 07093. +1-201-86.. , +1-718-8587168 (faks - Faqir)
Markaz, 820 Java Street, Los Angeles. (dekat Arbor Vitae St.) +1-310-4199177 (Dr Abd Rauf)
Farouq Toorawa, Los Angeles. +1-310-6755456
Masjid Al-Noor (Markaz), 1751 Mission Street, San Francisco. +1-415-5528831
Vallejo Mosque, 727 Sonoma Boulevard, Vallejo, California. +1-707-6452024
Naser Sayedi, 1777 East West Road, P.O.B. 1703, Honolulu. +1-808-735..
L/Cpl Chaudary, Hawaii. +1-808-2575721
Islamic Centre, 1935, North Eo Place, Manoa, Honolulu.

6.Angola
Comunidade Islamica em Angola, Caika Posta 2630, Luano.

7.Arab Saudi
Abdul Ghaffar Noor Wali, Jeddah. 966-2-6371607
Ghassan 6823041 Dr Ahmad Ali, P.O. Box 22310, Riyadh 11495. 966-1-6023679

8.Argentina
Ahmad Abboud, Centro Islamico, Av. San Juan 3049/53, Buenos Aires. 54-1-973577

9.Australia
Markaz, 90 Cramer Street, Preston 3074, Melbourne.
Sheikh Mo’taz El-Leissy, Melbourne. 61-3-94784515
Markaz, 765 Wangee Road, Lakemba, Sydney. 61-2-97593898
S. Hamid Latif, Lakemba Mosque, 63/65 Wangee Road, Lakemba 2195, Sydney. 61-2-759-3899, 61-3-470-2424
Markaz, 427 William Street, Perth.
Abdul Wahab, Perth. 61-9-4596826

10.Austria
A. Khaleque Qureshi, Masjid Belal, Diefenbachgasse 12/12, 1150 Wien. 43-1-9387615, 43-1-7366125

11.Azerbaijan
S. Uzair M. Ali, Orzhenigidzebskoy, Noboy Gumarbel M3/2F (?)
Bahamas
Jamaat ul Islam, P.O. Box 10711, Nassau.

12.Bahrain
A Aziz Baluch, P.O. Box 335, Manama. 953-256-707

13.Bangladesh
Maulana A Aziz, Kakrail Masjid, P.O. Ramna, Dhaka. 88-02-239-457
Barbados
Maulana Yusuf Piprawala, Kensington New Road, Bridgetown. 1-809-426-8767

14.Belanda
Moskee Arrahman (Markaz), Van Ostade str. 393-395, 1074 Amsterdam. (Tram no. 4 dari stesen keretapi) (Al-Kabiri) 31-20-764073

15.Belgium
Masjid Noor, Rue Massaux 6, Gemeente Schaarbeek, 1030 Brussels. (Mostafa Nooni) 32-2-219-7847
Masjid Van Slambrouck, Fortuin St. 6, B8400 Oostende.

16.
Md Riaz, 3132 Kraal Road, Belize City.

17.Bermuda
Md Mosque, Basset Bldg Court, St. Ram, Hamilton.

18.Biera
Omar Osman, P.O. Box 382 (?), Biera. 23260
Bolivia
Biab Khalil, P.O. Box 216, La Paz. BX 5418 (teleks)

19.Brazil
A Aziz Alinani, Imam, Centro Islamica, Ax W-5 Norte, Brazil. 55-11-278-6789

20.Britain
Markazi Mosque, South Street, Saville Town, Dewsbury. (Hafez M Patel) 44-924-460760, 44-924-46685? (faks)
East London Markazi Masjid, 9-11 Christian St, Off Commercial Road, London E1. (Zulfiqar) 44-71-4811294

21.Brunei
Hj Jamili Hj Abbas, 647 Kg Lumapas. 673-8-810480, 673-2-337488. jamil@brunet.bn
Hj Mahadi, Bandar Sri Begawan. 332148

22.Bulgaria
Mufti Basri Osman, Plovdiv. 359-2-233-109
Cad
Masjid-e-Noor, Share Namer, N O’Jamina. (Adam Yusuf Amin)

23.Cecen
Dudaeb Shakmarze, Ul. Khakalskaya 90/2/42, Grozni.

24.Cile
Taufiq Rumie, Edwardo Castillo Valesco 1160, Nunoa, Santiago. 56-2-496-081, 56-2-294-182

25.Cina
Hilal D. C. Guangyun, V. C., Stand Comm, East Dist. Peoples Congress, ..

26.Dagastan
Habibullah, Sk Mohuddin, village Gubdan, Lewanshowski.

27.Denmark
Shehzad Ahmad, Makki Masjid, Brikegade 4 KLD, N Kobenhavn (Copenhagen). 45-43-(35)-361-513
Centre Mosque, Morbaerhaven Block 18 c/4, 2060 Albertslund. 02-454368

28.Dubai
Shaikh Hamdan, Masjid al Kasis, Al Kasis No. 3, dekat Umm Kulsum Che..

29.Eire
Masjid, 7 Harringto Street, Dublin.
Dublin Islamic Centre, 163, South Circular Road, Dublin 8.
Md Shigara, 21, Wolseley Street, Dublin 3. 353-1-540-027

30.Ethiopia
M. M. Kechia, Abu Bakr Masjid, Kwas Maida, Addis Ababa. 251-1-130-208, 135-823 (Ibrahim Sufra)
Feringgi
Abu Bakar Sulil, Masjid Odiveas, Rua Thomas de Anunciacao 30 R/C Esq, Odiveas 2675, Lisboa.
Fiji
Noor Ali, Raki Raki Jama Masjid, P.O Box 15, Raki Raki, Fiji. 679-24440, 679-94002

31.Filipina
Masjid Abu Bakar, Marawi City, Lanao del Sur, Mindanao.

32.Finland
Omar Nizamuddin, Puutarhankatu 18A, Helsinki. 358-21-513-572
Masjid, Fredrinkatu 33B, 00120 Helsinki 12. 358-0-643-579, 358-0-149-6395
Masjid, Abrahaminkatu

33.Gambia
Abdul Wadood, Arabic Madrassa, Serekunda.

34.Ghana
T. Osang, P.O. Box 170A, Rock of Islam Mosque, Labadi, Accra. 233-21-663-443, 665-06

35.Guinea
Md Boye, P.O. Box 12294, Barry, Conakary.

36.Guinea Bissau
Abayu Bayo, Jamia Kabir, Bissau.

37.Guyana
Azim Khan, 35, Kraig Village, East Bank, Demerara. 592-(02)-62269 (Georgetown)

38.Hong Kong
Masjid Ammar, 40-01 Kwon Road, Wanch.. 5-892-0720 (Md Qadeem, Zafar 852-3-5-239-975)

39.Hungari
A. Hafez, Flat 9, 84 Linen Kurt, Budapest. 36-1-833-905, 36-1-276-0482 (Babikir)
Dr Izzedin, Estergomiut 56/VII/26, 1138 Budapest.
Ibrahim, Fortuna (hotel murah), Szolgaltaro GMk, 1073 BP, Akacf..

40.India
Banglawali Masjid, 168 W. Nizamuddin, Basti Nizamuddin, New Delhi. 91-11-494-7137 (faks: Farooq),
617-142 (..)

41.Indonesia
Masjid Jamek, 83 Jalan Hayam Waruk, Kebun Jeruk, Jakarta Barat. (Ahmad Zulfikar) 62-21-821-236, 639-5585, 682-378
Masjid Istiqlal, Jalan Yos Sudarso, Dumai, RIAU.

42.Iran
Al Amir A Roaf, Masjid e Tauhidi, Zahedan.

43.Iraq
Sk Kazim, Montaga Buhimania Al Karich, Share Mar’uf, Baghdad.

44.Itali
El Amrani, 3231 Via Vanzetti No. 3, Cita di Sudi (Cascino Rosa), Milano. 39-10-952-20?, 39-6-802-258
Masjid, Via Bertoloni 22/24, Roma
Masjid,Via Berthollet 24, Torino
Masjid, Via de Groce 3 (Tingkat 4), Trieste

45.Jabaltariq
Masjid Cesemate Sq., Main Street, Gibraltar. 350-73058

46.Jamaika

Naeem A. Muta’ali, Muslim Community, 54 Wildman Street, Kingston. 1-809-9283516 (Akbar), 9286789 (Naeem)
Islamic Center of Jamaica, 134 1/2 King Street, Kingston.

47.Jepun
Markaz Islaho Tarbiyat (Ichnowari), 1-1-6 Bingonishi, Kasukabe-Shi, Saitama-Ken, Tokyo 334.
Ibrahim Ken Okubo, Room 105, Bingo Higashi 1-22-20, Kasukabe Shi, Saitama Ken, Tokyo 344. 0487-36-2767 (tel) 04-8738-0699 (faks)
Syed Sohel 04-8736-2767
Masjid Darus Salam, 772, Oaza Sakai, Sakai Machi, Sawa-gun, Gunma Ken.
Hafiz Afzal 030-146-1419
Masjid Shin Anjo (Nagoya), Bangunan Kamimoto, Tingkat Satu, 1-11-15, Imaike-cho, Anji-Shi, Aichi Ken.
Najimuddin 030-56-32101
Nufail 030-56-50432, 056-698-9408
Masjid Takwa (Chiba), Sanbu-Machi, Sanbu-Gun, Ametsubo 65-12, Chiba Ken (dekat stesen JR Hyuga).
Lokman 043-444-5464, 030-067-9223
Shamin 010-404-4748
Makki Mosque (Narimasu, Tokyo), stesen Narimasu (Tobu line).
Asraf 010-609-2479
Markaz Hon-Atsugi (Kanagawa). 0462-27-5936
Islamic Center, 1-16-11 Ohara Setagayu ku, Tokyo 156. 03-7870916, 4606169
Islamic Center, C Hoko Mansion 4-33-10 Kitazawa, Setagaya ku, Tokyo 156.
Nerima K. K. Mati, 1-30-17 Kopsaki 205, Tokyo. 81-3-450-6820, 81-3-553-7665 (Ismail), faks 81-3-458-3967
A. Aziz Mecavale, 175 Kumitashi Cho, Tokyo. (d/a Akarim Seth)

48.Jerman
Md. Nawaz, Masjid, Muenchener str. 21, Frankfurt. (06175)1673, (0221)550..
Md. Nawaz, Berliner str. 31, 6374 Steinbach. (06171) 75360
Barbaros Gamii (masjid), Kyffhavser str. 26 (dekat Barbarossa Platz), 5 Koeln 1 (Cologne). (Husseinbeg
Firat 467477, Zia) 0211-213870
Masjid, Lindower str. 18-19, 1000 Berlin 65. (030) 4617026
Masjid, Landwehr str. 25, Muenchen (Munich). (dekat stesen keretapi)
Masjid, Steindamm, Hamburg. (dekat stesen keretapi)
Masjid, Haupsletter str. 715, Stuttgart. 0711-6406775

49.Jibouti
Salem Ahmad, Deeday Masjid, P.O. Box 730, Djibouti. 253-762-189, 5818 FIANEA (teleks)

50.Jordan
Md Mustafa Al Wafai, Masjid Madeenat al Hujjaj, Mukhayam Het.. 962-6-774-257

51.Kamerun
Osmany c/o Alhaj Md, P.O. Box 19, Marwah.237-291-5..

52.Kanada
Medina Masjid, 1015 Danforth Ave., Toronto. (Ismail Patel / Anjum Mohammad)1-416-465-7833.
53.Kazakhstan
Baba Khanov, Muslim Religious Board of Central Asia, Alma Ata.

54.Kenya
A. Shakoor, Londi Mosque, sebelah balai polis Kamakunsi, Nairobi. 254-2-764-224, 254-2-340-965

55.Kibris
Ahmet Cetkin, Harika Camii, Palamud Sok No. 11, Asa Marao.

56.Korea Selatan
Imam Qamaruddin, Masjid Annur, GPO Box 10896, Seoul. 82-2-556-…

57.Kosta Rika
Mostafa Md Imam, Centro Islamico, Dasamprados Casa 7-16, San Jose. 506-272-878

58.Kuwait
A Rashid Haroon, Subhan Markaz, Al Mantiga Sinaere, Kuwait.

59.Laos
Maulana Qamaruddin Noori, Masjid India, P.O Box 617, Vientianne. 3776
60.Liberia
S M Azmat Subzwari, Randall Street Mosque, Monrovia. 231-225-0..

61.Libya
Mustafa Kuraitty, Jame al Badri, Bab bib Ghasher, Tripoli. 218-61-72138..

62.Lubnan
A Hasib Sar Hal, Imam Ali ut Tariq Jadidah, dekat Madrasah Farooq, Beirut.

63.Luksembourg
Islamic Centre, Route Darlon 2, Mamar. (S. B. Khan Afridi) 352-311-695.

64.Madagaskar
Yakub Patel, P.O.Box 101, Tamatave. 261-5-33202

65.Maghribi
Alhaj Ali, Masjid en Noor, Hayya Araha 61, Darul Baida, Casablanca. 212-366-483..
Malawi
Ebrahim Makda, Juma Masjid, Kamuza Proc. Road, Lilongwe. 265-720216

66.Malaysia
Masjid Jamek Sri Petaling, Bandar Baru Sri Petaling, Kuala Lumpur. 60-3-9580515. 60-3-7595063 (Madrasah Miftahul Ulum). 60-3-7586134 (faks: Hj Khalid)
Abdul Wahid, Kota Kinabalu. 088-232994 (r), 088-225081 (o).
Maldiv
Ibrahim Hassan, G. Aabin, Male Island.
Mali
Ismail, Markaz Haidara, P.O. Box 1551, Bamako. 223-22-22..
Malta
Md El Sadi, Islamic Centre, Corradino Road, P.O. Box 11, Paola, Malta. 356-772-163..

67.Mauritania
Daud Ahmad, Masjid Shurfa, P.O. Box 14, Nouakchott.

68.Mauritius
Masjid Nur, Gora Issac St., Port Louis. 230-2424904
Mir AM Soorma, Shaukat Islam Mosque, P.O.Box 328, Port Louis. 230-26..

69.Meksiko
Mir Y Ali, Norte 40A, No. 3612A, Col 7 de Noviembre, Mexico DF.. 537-1138

70.Mesir
Masjid Anas bin Malik, Madinatul Muhaddithin, Share Iraqu Giza, Cairo. 20-2-702-804, 20-2-348-6185

71.Mozambik
Md Rafiq Ahmad, Av Dazambia 305, I C Flat 4, Maputo. 258-2378..

72.Myanmar
B. A. Ground Mosque, dekat stesen keretapi Rangoon. 95-1-74436, 3100 (Bhay)
New Zealand

Abdul Samad Bhikoo, Auckland Mosque, 17 Vermont Street, Ponsonby, Auckland. 64-9-3764437
Masjid AnNur, Christchurch. 64-3-3483930
Ishan Othman, Dunedin. 64-3-4767121

73.Niger
Yahya Sa’ati, Sooq al Kabir, dekat Mohatta Sayarat, Niamey.

74.Nigeria
Hamza Oshodi, Central Mosque, 37 Church Road, Saban Gari, Kano. 47-2-9883..

75.Norway
K. M. Riaz, Bilal Masjid, Tordenskjolds Gt. 86, 3044 Drammen. 47-2-9883-..
Islamic Centre, Nosdahlbruns Gt. 22, Oslo 1.

76.Oman
Masud Harthi, Jame Khalid ibni Walid, Assib, Muscat. 92-21-415..

77.Pakistan
AlHaj A. Wahab, Madrassa Arabia, Raiwind, Lahore. 92-21-415.., 92-21-216..(faks)
Makki Masjid, Garden Road, Karachi.

78.Panama
A F Bhikoo, Jama Masjid, 3rd Street & Mexico Avenue, Panama City. 517-256-44..
Pantai Gading
Md Amin (Jallo), Masjid Ahlesunnah, P.O. Box 110, Danane. -(225)-635-320 (Boike town)

79.Perancis
Sh. Yunus Tlili, Masjid Rahman, Ave. Paul Vaillent Couturier 52, 93200 St Denis. 33-1-48.23.78.89, 48.26.78.78
Markaz Marseille, Rue Malaval 24, 13002 Marseille. 91908047

80.Peru
Naguib Atala, Casilla 3134, Lima. 51-14-294-620

81.Poland
Yakub, ul. Piastowska 77, Bialistok. Masjid, ul. Abrama 17A, Gdansk.
Boguslaw Zagorski, ul. Rozlogi 6 Apt. 51, Warszawa (Warsaw).

82.Puerto Riko
Arab Cultural Club, Km 5, KMO 65th Inf Ave, Rio Piepras, PR0092.

83.Qatar
Abdullah Ahmad, Masjid Mantaya Sanaiya, P.O.Box 40621, Doha.
Reunion
Yusuf Lockati, Masjid Nurul Islam, 97400 St Denis. 262-200..

84.Romania
Masjid, Ovidiu Square, Constanta.

85.Russia
Masjid, Prospect Mira (dekat Olympic Station), Moscow. 281-4904
Sayyid Akhtar, Moscow. sar_bob@hotmail.com

86.Rwanda
A Majid Suleman, Medina Masjid, Kegali. 250-7536

87.Senegal
Sk Ahmad, Masjid Al Noor, P.O. Box 1955, Colobane, Dakar. 221-223-262

88.Siera Leon
Hassan Taravaly, 4 Rush Street, Circular Road, Freetown.

89.Singapura
Masjid Angulia, Serangoon Road. 02-2971624
Hj Jufri, Block 210 #07-91, Tapines Street 23. 02-7832358
Hj Hassan 02-4442312
Najmuddin 02-2914742
Abdul Karim 02-4439294

90.Somalia
S Sheraff, Masjid e Dawat, Magaiscia. 252-1-81963

91.Spanyol
Musa Taha, Mezquita Ataqua, Calle Correo Viejo - 4, Albaicine, Granada. 34-58-255-611

92.Sri Lanka
Tablighi Markaz, 150 Lukmanjee Sq, Grandpass Rd, Colombo. (Md Lebbe Master) 94-1-25910

93.Sudan
Dr D H Khalili, Masjid Hamddab, Ash Shaharah, Khartoum. 249-11-222428

94.Surinam
Mufti B Piprawala, Masjid Taedul Islam, Mutton Shop 10B, Paramaribo. 597-81394

95.Swaziland
Md Hassan, P.O. Box 201, Maikerns. 83327

96.Sweden
Markaz, Tarsgatan 91, Stockholm. 46-8-334-490 (A Raof), 46-8-750-8511 (S Zaidi)
Dr M Piar Ali, Tarsgatan 45B, Stockholm
Tonsbergsgatan 4, 3TR, 16434 Kista. 46-8-719-3215 (P Ali) Masjid, Gamlagatan, Uppsala. 46-18-21998281

97.Switzerland
Hussain Osmani, Muslim Association, 2-A Linderain str Post F 1650, 30012 Berne. 41-31-228-396, 556-321
Masjid, Chemin Colladon 34, Petit Saconnex, Geneva. (Tram no. 12) 7987311
Islamic Center, Narstr. 19, Zurich.
Masjid, Tingkat 3, Ausstellungstr. 21, Zurich.

98.Syams
A M M Hosni, Razaqul-Jin-Sary, Zaid b Sabit, Merchant Modaiya, Damascus.

99.Syarjah
Ali Bhai Patel, Al Futiaim Motors, P.O. Box 5819. 971-6-548-629

100.Tadjikistan
A Rahim Mostafa, Masjid Shah Mansoor, ul. Wasfe, Dushanbe.

101Taiwan
Chinese Muslim Association, 62 H’sin Shen South Rd, Sec 2, Taipeh. 886-2-522-4473
Nurrdin Hsueh Wen Ching, P.O. Box 1430, Kaohsiung. 886-7-7498749, 886-7-5215771

102.Tanzania
Sayed Mohsin, Medina Masjid, P.O. Box 5050, Dar es Salam. 255-61-26455

103Thailand
Hanif A. Shakur, Masjid Aslam, Bangkaoli, Bangkok. 662-235-3956..
Markaz, Minburi. (30 km dari pusat Bangkok)
Markaz, Yala.

104.Togo
Imam Ratib, Sk Al Hassan, Grand Mosque, Zongo, Lome.

105.Trinidad
Raziff Ghany, Monroe Road Masjid, Monroe Road, Cunupia. 809-650-1985

106.Tunisia
Mestaoui Habib, 28 Rue Ibn Khaldoun, Ben Arous, Tunis. 216-1-380-843

107.Turki
Umar Vanlioglu, Mescidi Salam, Sultan Ciftligi, Habibler Koyu, Istanbul. 90-1-3854053, 90-1-5951773, 90-1-5054619 (faks: C. Korkut)

108.Turkmenistan
Uraz Murod, Uraz Md, Haji Noor, Masjid, Ashkabad.

109.Uganda
Omar Mazinga, Masjid Nur, William St., P.O. Box 2046, Kampala. 256-41-246-63..

110.Uzbekistan
Murad, Madrassa Mir e Arab, Bukhara. 42170
Imam Mustafa Khul, Samarkand, 353268
Ziauddin, Idara Diniyat, Tashkent. 351307

111.Venezuela
Farooq A Rahman, Islamic Center, Calle-9, Urb La Paz, El Paraiso, Caracaz. 58-2-498322
112.Vietnam
M. Zakaria, Mutawalli Mosque, 66 Tnilap Thanh, Saigon.
Masjid Annur, 12 Hang Luoc street, Hang Ma ward, Hoan Kian precinct, Hanoi.
Ustaz Muhsin, Madrasah Arabiah, 25A Lang Ha street, Hanoi.

113.Yemen
Hamood Faki, Masjid As-Sawad, Al Habbah Annagal St, Al Harabi, Sana’a. 967-2-227-246

114.Yugoslavia
Jusufspabic Md., Jevremova 11, 11000 Belgrade. 38-11-642-043, 622-654

115.Yunani
Greece Markazi Masjid Rassos, 9 Galaxia Strape (dekat Kosmos), 117/45 Athens.
Munir Mahmud, G. Papandreau 87, Goudi, Athens. 30-1-775-8155, 30-531-24863 (Hussein Mostafa)

116.Zaire
A. M. Patel, 39 Mama Yemo, P.O. Box 155, Likasi. 243-12-28272

117.Zambia
Ahmad Nomani, P.O. Box 510191, Chipata. 260-62-21161
Ahmad Karodia, Md Ravat, P.O. Box 30324, Lusaka. 260-1-212-023

118.Zimbabwe
Y. Hussain, Ridgeview Masjid, Boeing Road, Ridgeview. 263-4-292..

Minggu, 2007 Desember 16

Bayan Masturat

Tidak ada komentar: